Senin, 02 Januari 2012

Initial VIsit untuk Awal Penerapan SMK3 atau HSMS

Tidak jauh berbeda dengan penerapan SML (EMS-Environmental Management System), tahapan penerapan dimulai dengan memahami konsep dasar penerapan SMK3 atau HSMS (Health and Safety Management System).

Jika di SML yang menjadi fokus adalah manajemen lingkungan, sedangkan fokus dalam penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah kesehatan dan keselamatan manusia.  Prinsipnya, orang dapat bekerja dengan baik jika dapat terus menjaga kesehatannya dan tetap selamat dalam menjalankan pekerjaan.  Pekerja/karyawan, berangkat dari rumah dalam keadaan sehat dan tanpa cedera, dengan cara kerja yang baik dan taat aturan, pekerja/karyawan kembali ke rumahnya dalam kondisi tetap sehat dan tanpa cedera.  Faktor lelah adalah normal dialami oleh seseorang yang bekerja, akan tetapi kemampuan tubuh untuk kembali pulih dengan istirahat yang cukup, dapat dijadikan ukuran kesehatan seseorang tersebut.

Dalam memulai persiapan penerapan SMK3, hal-hal yang dicek pada saat kunjungan awal (initial visit) adalah:
  1. Identifikasikan tipe fasilitas dan produk yang dihasilkan, untuk menentukan tingkat bahaya di lokasi fasilitas/pabrik tersebut, seperti:
    • low risk (resiko rendah - jasa akuntan/administratif),
    • medium risk (resiko menengah - pabrik tekstil, elektronik),
    • high risk (resiko tinggi - pertambangan, minyak dan gas),
  2. Identifikasi sumber bahaya yang ada di fasilitas (kantor, control room, line produksi, kantin, mess, dsb.),
  3. Identifkasi pola pekerjaan apakah 3 shift, 2 shift, normal shift ataupun long shift,
  4. Kenali pergerakan orang, dimanapun terdapat kegiatan manusia, di lokasi tersebut akan berpotensi menimbulkan resiko,
  5. Kenali tipe pekerjaan yang dilakukan (administratif, hot/cold work, didalam atau di atas permukaan tanah, dsb.),
  6. Identifkasi sistem kendali dan informasi K3 yang sudah berjalan (STOP card, PTW - permit to work, JSA, patroli K3, toolbox meeting),
  7. Identifikasi mekanisme akses dan keluar dari fasilitas/pabrik, apakah remote area, di tengah perkampungan/pemukiman, di tengah kota, dsb.,
  8. Identifkasi ketersediaan akses untuk fasilitas medis dan untuk kondisi darurat,
  9. Secara visual melakukan observasi untuk seluruh elemen fasilitas, terutama di tempat tersembunyi, untuk memastikan tidak ada potensi resiko disitu,
  10. Identifikasi kesiapan peralatan tanggap darurat untuk siap dan layak pakai kapanpun dibutuhkan.

Selamat menerapkan.

Tidak ada komentar: